Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditransfer dari hewan ke manusia. Penyebaran global dan dampak dari penyakit seperti rabies, penyakit Lyme, dan SARS-CoV-2 menunjukkan pentingnya memahami dan mengelola risiko zoonosis. Mamalia seringkali menjadi reservoir atau host untuk patogen zoonotik. Artikel ini akan membahas pendekatan pengawasan dan manajemen risiko zoonosis yang berasal dari mamalia.

1. Pemahaman Zoonosis dan Mamalia:
Menyelaraskan pengetahuan ekologi dan perilaku mamalia dengan epidemiologi penyakit zoonotik adalah kunci untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan.

a. Patogen Zoonotik dalam Populasi Mamalia:
Pengetahuan tentang cara mamalia berinteraksi dengan patogen, termasuk jalur transmisi dan dinamika populasi host, esensial untuk pengawasan.

b. Hubungan Antara Kesehatan Satwa Liar, Hewan Ternak, dan Manusia:
Konsep ‘One Health’ yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan sangat relevan dalam konteks zoonosis.

2. Pengawasan Penyakit dan Sistem Pemantauan:
Pengawasan aktif dan pasif memainkan peran penting dalam mendeteksi dan merespons wabah zoonosis.

a. Pengawasan Aktif:
Melibatkan pemantauan proaktif dan pengumpulan sampel dari populasi mamalia liar dan ternak untuk mendeteksi patogen sebelum terjadi penularan ke manusia.

b. Pengawasan Pasif:
Bergantung pada laporan kasus penyakit dari fasilitas kesehatan dan peternakan, yang kemudian diinvestigasi untuk menemukan sumber zoonotiknya.

3. Manajemen Risiko dan Strategi Pencegahan:
Mengurangi risiko zoonosis melibatkan pendekatan multi-faset yang mencakup:

a. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat:
Meningkatkan kesadaran tentang cara penularan zoonosis dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil individu, seperti vaksinasi hewan peliharaan dan pengendalian vektor.

b. Praktik Pertanian dan Peternakan yang Baik:
Menerapkan protokol biosekuriti yang efektif di pertanian dan perusahaan peternakan untuk mencegah penyebaran penyakit dari hewan ke manusia.

c. Konservasi dan Manajemen Habitat:
Mempertahankan keanekaragaman hayati dan mengelola habitat untuk mengurangi kontak yang tidak perlu antara mamalia liar, ternak, dan manusia.

d. Kolaborasi Global dan Pertukaran Informasi:
Kerja sama internasional dan pertukaran informasi cepat tentang wabah penyakit adalah kunci untuk respons global yang efektif.

4. Tantangan dalam Pengawasan dan Manajemen Zoonosis:
Berbagai tantangan harus diatasi untuk mengelola risiko zoonosis secara efektif:

a. Variabilitas dalam Penyebaran dan Perilaku Penyakit:
Zoonosis dapat berkembang dan menyebar dengan cara yang tidak terduga, membutuhkan sistem pemantauan yang fleksibel dan responsif.

b. Perubahan Lingkungan dan Antropogenik:
Perubahan penggunaan lahan, perubahan iklim, dan pertumbuhan populasi manusia dapat meningkatkan risiko zoonosis.

c. Sumber Daya dan Akses ke Perawatan Kesehatan:
Keterbatasan sumber daya dan akses yang tidak merata ke perawatan kesehatan dapat menghambat deteksi dan pengendalian zoonosis.

Kesimpulan:
Zoonosis yang berasal dari mamalia menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan global. Pengawasan yang efektif dan manajemen risiko yang komprehensif, berdasarkan prinsip ‘One Health’, sangat penting untuk mencegah dan mengontrol penyebaran penyakit ini. Koordinasi antar sektor kesehatan, pertanian, lingkungan, dan pemerintah, serta partisipasi masyarakat, adalah penting untuk menghadapi tantangan zoonosis di dunia yang semakin terhubung ini. Investasi dalam penelitian, infrastruktur kesehatan, dan sistem pemantauan global akan memperkuat kemampuan kita untuk menghadapi ancaman zoonosis masa depan.